Dewasa
ini kebutuhan akan kejujuran menjadi hal yang langkah untuk bisa ditemui. Di lingkungan
akademik sempat terdengar beberapa peristiwa seperti ada sekolah yang
membiarkan muridnya untuk mencontek atau bahkan memberikan bocoran jawaban
supaya semua siswa di sekolah tersebut dapat lulus ujian nasional. Hal tersebut
sangat mencoreng nama institusi pendidikan, dimana sekolah seharusnya sebagai
tempat pendidikan karakter bangsa malah melakukan hal yang tidak seharusnya.
Berdasarkan
fenomena tersebut, sebenarnya apakah arti dari kejujuran akademik, mengapa
kejujuran akademik itu menjadi hal yang penting. Jujur biasa kita artikan
sebagai suatu sikap baik berupa pemikiran, tulisan, ucapan maupun perbuatan
yang sesuai dengan kenyataan. Jika kejujuran tersebut diterapkan dalam lingkungan
pendidikan maka hal tersebut dinamakan kejujuran akademik.
Mengapa
kejujuran akademik itu menjadi hal yang penting? Untuk menjawab pertanyaan ini,
kita dapat melihat kembali tujuan pendidikan nasional yaitu untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Cerdas disini bukan hanya dalam kemampuan pengetahuan
akademik tapi juga cerdas dalam berkarakter yang baik. Salah satu indikator
yang menunjukkan keberhasilan dalam proses pembelajaran untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa itu adalah bukan hanya dilihat dari keberhasilan siswa
memperoleh nilai yang cemerlang tetapi juga keberhasilan guru dalam menanamkan akhlak
yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga anak didiknya selain memiliki
kemampuan akademik juga memiliki karakter, sikap mental, kebiasaan mandiri,
jujur, dan konsisten untuk terus belajar meningkatkan kemampuan dirinya.
Setelah
mengetahui tentang pentingnya kejujuran akademik tersebut, maka akan muncul
pertanyaan bagaimanakah cara agar kejujuran akademik itu dapat terwujud. Salah
satu penentu terwujudnya hal itu adalah guru. Karena guru selalu berinteraksi
dengan lingkungan belajar mengajar, baik dengan anak didik maupun dengan
orang-orang yang terkait di dalam institusi pendidikannya.
Sekolah
adalah tempat dimana proses pembelajaran terjadi. Penanaman sikap mental yang
baik lewat pembelajaran turut andil dalam membentuk karakter seorang anak. Anak
selalu meniru apa yang diperlihatkan oleh orang disekililingnya. Sehingga
penanaman sikap mental lewat pendekatan perilaku yang dicontohkan guru sangat
mempengaruhi pola pikir dan sikap mental anak tersebut.
Sebagai
contoh, di sekolah kita selalu menggembar-gemborkan slogan “disiplin diri tanpa
disuruh, bekerja tanpa diawasi”. Jika kita sebagai guru tidak berperilaku
sesuai slogan tersebut maka anak didik kita juga akan menggangap remeh bahkan
akan malas untuk melakukannya karena ternyata panutannya juga tidak melakukan.
Sehingga jika guru ingin menanamkan sikap mental jujur dalam perilaku akademik
maka terlebih dahulu hal pertama yang harus dilakukan adalah mencontohkannya.
Perilaku teladan dari guru mampu menunjukkan
manfaat dari sikap yang di lakukan. Misalkan dengan selalu datang tepat waktu,
selalu menepati apa yang diucapkan, konsisten dalam pemberian tugas dan
penilaian, tidak bersikap subjektif atau pilih kasih, melakukan transparansi
nilai , dan sebagainya. Sehingga setiap anak didik merasakan manfaat dari
perkataan dan perilaku yang kita lakukan, mendapatkan kejelasan nilai dan dapat
juga mengkritisi atau mempertanyakan jika ada masalah belajar atau nilai hasil
belajarnya.
Cara
kedua yang perlu ditanamkan agar terwujud sikap mental jujur dalam kegiatan
akademik , yaitu penanaman pengertian “nilai
memang kita butuhkan, namun nilai bukan segala-galanya”. Belajar bukan
bertujuan untuk mendapatkan nilai yang baik. Tugas kita sebagai anak adalah
belajar untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan. Ilmu tersebut bukan
hanya berguna untuk diri sendiri, melainkan akan jauh lebih berharga jika dapat
dimanfaatkan untuk kehidupan masyarakat luas.
Al-Quran
juga telah menyebutkan bahwa salah satu amalan jariyah adalah ilmu yang
bermanfaat. Kita sebagai umat Islam sudah sewajarnya termotivasi ketika telah
ditunjukkan manfaat dari belajar yaitu untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
Dengan
menanamkan pengertian “nilai bukanlah tujuan akhir melainkan ilmu yang
bermanfaat” maka akan terbentuk sikap mental anak belajar sebaik-baiknya untuk
mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Jika kita menguasai ilmu maka otomatis nilai
hasil belajar akan mengikuti dengan sendirinya. Tidak lagi diperlukan sikap
kebohongan akademik seperti mencontoh, copy-paste, menjiplak, melihat catatan
saat ujian dan sebagainya karena anak mengerti bahwa perilaku tersebut tidak
akan membuat mereka memperoleh ilmu yang bermanfaat. Seperti kutipan favorit
saya dalam film 3idiots “kejarlah kesempurnaan maka kesuksesan akan mengikuti”
.
Cara
terakhir yang bisa dilakukan untuk menanamkan sikap kejujuran akademik yaitu memberikan “reward and punishment”. Tunjukkan
penghargaan bagi mereka yang melakukan kejujuran lewat ucapan sederhana seperti
perkataan “bagus sekali !, “terima kasih ya..” sehingga akan menjadi kebiasaan
baik. Sebaliknya tunjukkan hukuman yang akan mereka dapatkan jika anak tetap
memelihara kebiasaan “kebohongan akademik” misalnya dengan pengurangan point,
dan yang lebih utama tunjukkan akibat fatal jika kita terus memelihara
kebiasaan buruk tersebut yaitu melakukan kebohongan akademik akan membuat bodoh
diri kita sendiri, menginginkan semuanya serba instan, selanjutnya kita tidak
akan mampu untuk belajar ke jenjang yang lebih tinggi. Sekali orang melakukan
kebohongan maka dia akan terus melakukan kebohongan yang lain untuk menutupi
kebohongan awal atau bahkan menjadi kebiasaan dan lama kelamaan merasa
perbuatan yang dilakukannya adalah hal yang wajar. Nauudzubillah min dzalik..
Semoga
beberapa cara yang saya kemukakan di atas dapat dijadikan referensi membantu
kita sebagai guru maupun orangtua untuk membangun kejujuran akademik pada anak.
Dengan kerjasama dan pengertian yang baik antara guru-anak-orangtua maka akan
membantu membangun kejujuran akademik tersebut akan terus terpelihara.
good...
BalasHapusterimakasih komentarnya :) kalau bisa disertai nama ya..
BalasHapussemoga ada banyak guru yg menerapkan sistem spt itu.
BalasHapusklo liat guru yg pegajarannya msh diperdaya oleh sistem yg tdk berkembang,, APA KATA DUNIA...!!!
@april_ bener banget!dunia pendidikan memang masih banyak kekurangannya, lha justru merupakan tanggung jawab kita bersama untuk memperbaikinya.
HapusDengan membiasakan kejujuran yang berawal dari kita sendiri akan mencerminkan kepribadian kita, dan dengan membentuk kebiasaan disiplin bagi generasi muda berarti kita membentuk akhlak positif pada diri anak2 yang berdampak pada kepribadiannya kelak :)
BalasHapusbener banget an...makasih komentarnya :)
Hapussemangat bu guru (GUNZ_FORMATH07)
BalasHapusini bang gunz?
Hapuswah...lama tak jumpa..makasih komentarnya :)
perbaikan besar selalu dimulai dari perbaikan - perbaikan kecil dan tidak ada kualitas yang dibangun tanpa adanya hambatan didepannya
BalasHapustetep semangat y karena guru adalah profesi yang mulia karena mencetak sdm - sdm pembangun bangsa
amiiin....insyaAllah,,makasih buat semangat nya :)
Hapusbuat maz s@t_06_ semangat juga terus berkarya...